IMG_20250325_194024

NU Prediksi Idul Fitri 1446 H Jatuh pada 31 Maret 2025

Jakarta, MWC NU Jati Agung Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (NU) meramalkan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

Prediksi ini disampaikan oleh Ketua Lembaga Falakiyah NU, KH Sirril Wafa, dalam keterangan resmi yang diterima pada Rabu (26/3/2025).

Meskipun demikian, penetapan resmi 1 Syawal 1446 H tetap akan menunggu ikhbar atau pengumuman Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar NU (PBNU) , KH Yahya Cholil Staquf . Pengumuman ini akan disampaikan setelah sidang itsbat pemerintah pada Sabtu, 29 Maret 2025, pukul 19.00 WIB.

“Setelah itsbat pemerintah. Karena hilal di seluruh Indonesia berada pada zona istihalah al-rukyah (mustahil terlihat), maka 1 Syawal 1446 Hijriah berpotensi jatuh pada Senin, 31 Maret 2025, mulai Senin malam,” ujar KH Sirril Wafa.



  • Posisi Hilal Idul Fitri 2025

KH Sirril Wafa menjelaskan bahwa ijtimak antara Bulan dan Matahari diperkirakan akan terjadi pada Sabtu (29/3/2025), pukul 17.58.27 WIB .

Ijtimak, atau biasa disebut konjungsi, adalah peristiwa sejajarnya posisi Bulan dan Matahari dalam satu garis bujur ekliptika yang sama secara geosentrik (haqiqy), jika dilihat dari titik pusat Bumi, bukan dari permukaannya.

Namun, meskipun menduduki bujur ekliptika yang sama, ijtimak pada akhir Ramadhan tersebut tidak akan disertai gerhana Matahari.

Hal ini disebabkan oleh perbedaan posisi lintang ekliptika antara Bulan dan Matahari yang tetap berada pada jalur orbit masing-masing.

Sementara itu, Lembaga Falakiyah NU mencatat bahwa tinggi hilal mar’ie di Indonesia pada tanggal tersebut rata-rata bervariasi antara -2 derajat 51 menit hingga -0 derajat 41 menit.

Tinggi hilal mar’ie, atau irtifa’ mar’ie, merupakan busur yang ditarik secara tegak lurus dari ufuk toposentrik (mar’ie) menuju titik zenith dan berakhir tepat di pusat cakram Bulan.

Tinggi hilal ini digunakan sebagai salah satu indikator utama dalam menentukan awal bulan hijriah.

Selain itu, elongasi hilal haqiqy di Indonesia pada Sabtu (29/3/2025) juga tercatat berada dalam jarak antara 2 derajat 58 menit hingga 3 derajat 01 menit. Elongasi ini mengacu pada jarak sudut antara Bulan dan Matahari, yang juga mempengaruhi kemungkinan hilal terlihat atau tidak.

Lama hilal di atas ufuk di seluruh Indonesia pada 29 Ramadhan adalah 0 detik, kata Sirril.

“Kedudukan hilal di seluruh Indonesia (dalam hal tinggi hilal mar’ie dan elongasi hilal haqiqy) adalah di bawah ufuk dan di bawah kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU) sehingga berada pada zona istihalal al-rukyah,” tambahnya.

Berdasarkan penjelasan Sirril, yang dimaksud dengan kedudukan hilal adalah busur yang ditarik sejajar ufuk dari titik pangkal garis tinggi yang tegak lurus ufuk toposentrik menuju pusat cakram Matahari hingga berujung di titik di mana pangkal garis irtifa’ hilal berada pada saat Matahari terbenam.

Posisi tersebut juga disebut sebagai as–simtu relatif Matahari dan hilal.

Sementara itu, yang dimaksud dengan lama hilal adalah lamanya hilal di atas ufuk mar’ie dari sejak terbenamnya Matahari hingga terbenamnya Bulan.

  • Lembaga Falakiyah NU akan menggelar acara pemantauan hilal Idul Fitri 2025

Meski posisi hilal sudah bisa diprediksi, Lembaga Falakiyah NU akan tetap menggelar pemantauan hilal di sejumlah titik di seluruh Indonesia.

Beberapa titik yang dijadikan tempat pemantauan hilal adalah Yogyakarta, Pangandaran, Cirebon, Jakarta, Depok, Lampung, Pulau Bawean, Makassar, hingga Kepulauan Selayar .

Masyarakat yang ingin mengetahui titik pemantauan hilal oleh Lembaga Falakiyah NU dapat melihat lokasi secara lengkap melalui link berikut ini:

https://bit.ly/TitikRukyahNU1446 . (ARF).

Berita Lainnya