IMG_20250325_194024

Lagu Yaa Lal Wathan: Warisan Nasionalisme dari Pesantren

Jawa Timur, NU Media Jati Agung- Menteri Sosial RI saat itu, Khofifah Indar Parawansa, yang saat ini menjadi Gubernur Jawa Timur pernah merekomendasikan agar lagu Yaa Lal Wathan karya KH Abdul Wahab Chasbullah dijadikan lagu perjuangan nasional. 

Lagu ini dinilai mampu menumbuhkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air, terutama di kalangan pemuda. Rencananya waktu itu peresmiannya diadakan pada peringatan Hari Pahlawan Nasional, 10 November 2016.

Namun, di balik lagu yang kini begitu akrab di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) dan pesantren itu, tersimpan sejarah panjang perjuangan dan visi pendidikan yang mendalam dari sang pencipta.

  • KH Wahab Chasbullah dan Gairah Nasionalisme

 

Sekitar tahun 1914, setelah pulang dari menuntut ilmu di Mekkah, Abdul Wahab muda aktif di Syarikat Islam (SI) bersama tokoh besar HOS Tjokroaminoto.

Namun, dirinya merasa tidak bisa sepenuhnya menuangkan idealismenya ke dalam organisasi yang terlalu fokus pada politik.

Foto Ist : KH. ABDUL WAHAB CHASBULLAH 

KH Wahab memimpikan organisasi yang menjadikan pendidikan sebagai alat membangkitkan semangat kebangsaan.

Pada tahun 1916, beliau mendirikan Nahdlatul Wathan, sebuah perguruan yang menjadi pusat pembinaan generasi muda berilmu dan cinta tanah air.

Dimasukkannya lagu Yaa Lal Wathan lahir dan dinyanyikan oleh para murid sebelum memulai pelajaran.

  • Syair Yang Membakar Semangat

 

Lagu Yaa Lal Wathan, yang juga dikenal sebagai Syubbanul Wathan (pemuda cinta tanah air), menjadi alat efektif untuk menanamkan nasionalisme. Berikut adalah syair asli dalam bahasa Arab dan terjemahannya:

  • Syair Arab:

حُبُّ الْوَطَن مِنَ الْإِيْمَان

وَلَا تَكُنْ مِنَ الْحِرْمَان

اِنْهَضُوْا أَهْلَ الْوَطَن

إِنْدُونَيْسيَا بِيْلَادِيْ

أَنْتَ عُنْوَانُ الْفَخَامَا

كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْمَا

طَامِحًا يَلْقَ حِمَامَا

 

  • Terjemahan Indonesia:

 

Pusaka hati wahai tanah airku

Cintamu dalam imanku

Jangan halangi takdirmu

Bangkitlah, hai bangsaku!

Indonesia negriku

Engkau panjikan martabatku

Siapa yang datang mengancammu

‘Bisa binasa di bawah dulimu!

 

  • Dari Lagu Menjadi Gerakan Bangsa

 

Lagu ini bukan sekadar syair, melainkan medium perjuangan. KH Wahab juga aktif membangun organisasi seperti Tashwirul Afkar (1919) dan Syubbanul Wathan, serta menyelenggarakan kursus Masail Diniyyah bagi para ulama muda.

Semua kegiatan tersebut diarahkan pada satu tujuan besar: membentuk generasi bangsa yang memiliki kecintaan kuat terhadap tanah air, melalui pendekatan pendidikan dan keilmuan.

  • Penutup Reflektif: Lagu yang Tak Lekang Zaman

 

Lagu Yaa Lal Wathan adalah bukti bahwa nasionalisme tidak hanya hidup di medan tempur, tetapi juga tumbuh subur di ruang-ruang pesantren.

KH Wahab Chasbullah mewariskan semangat juang yang terus hidup hingga kini—bukan dengan senjata, tetapi dengan ilmu, pendidikan, dan lagu yang menyentuh hati.

Kini, tugas kita sebagai generasi penerus adalah menjaga bara itu tetap menyala—agar cinta tanah air tak hanya menjadi slogan, tapi sikap hidup yang nyata. (ARF).

Berita Lainnya