Lampung Selatan, NU Media Jati Agung Sore itu, angin lembut menyapu pekarangan Pondok Pesantren API Miftahul Huda Desa Sinar Rejeki Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
Di tepi kolam kecil di belakang rumah, Kyai Muhammad Ishar pengasuh ponpes sekaligus Mustasyar MWCNU setempat tampak duduk santai, menebar pakan ikan sambil sesekali menengok ke arah para santri yang baru saja selesai belajar.
Sorot matanya tenang, tapi kata-katanya mengandung bara semangat yang tak pernah padam: menjaga NU Jati Agung adalah tugas suci yang tak bisa ditawar.
“Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan untuk terus memperjuangkan Nahdlatul Ulama di Kecamatan Jati Agung. Sejak dahulu NU sudah besar dan berjaya. Kini tugas kita adalah menjaga kejayaan itu, menjaga kebesarannya,” ujar Kyai Ishar saat ditemui NU Media Jati Agung pada Jumat (9/5/2025).
Ia bukan hanya berbicara—beliau hidup dalam pengabdian. Dari mengajar santri hingga mendidik kader NU, semua dijalankan dengan cinta dan harapan.
- Perjuangan Bukan Hanya Fisik, Tapi Juga Ilmu
Kyai Ishar menegaskan bahwa perjuangan dalam NU bukan melulu soal fisik atau materi. Ilmu, harta, bahkan kekuatan batin bisa menjadi jalan pengabdian jika dikelola dengan ikhlas.

“Perjuangan tidak hanya dengan pikiran, tenaga, fisik, atau materi. Perjuangan juga bisa dilakukan melalui ilmu, harta, dan kekuatan yang kita miliki,” lanjutnya.
Lalu, beliau mengutip tiga petikan hikmah yang menjadi napas hidupnya:
وَمَنْ كَانَ لَهُ عِلْمٌ فَلْيَتَصَدَّقْ بِعِلْمِهِ
“Barangsiapa yang memiliki ilmu, maka bersedekahlah dengan ilmunya.”
وَمَنْ كَانَ لَهُ رِزْقٌ فَلْيَتَصَدَّقْ بِرِزْقِهِ
“Barangsiapa yang memiliki rezeki, maka bersedekahlah dengan rezekinya.”
وَمَنْ كَانَ لَهُ قُوَّةٌ فَلْيَتَصَدَّقْ بِقُوَّتِهِ
“Barangsiapa yang memiliki kekuatan, maka bersedekahlah dengan kekuatan.”
- Mengajak Banom NU Bergerak Bersama
Dalam sela perbincangan ringan itu, Kyai Ishar menyampaikan ajakan yang tulus kepada seluruh badan otonom NU—Banser, Ansor, Muslimat, dan Fatayat—untuk terus bersinergi dalam memperkuat NU Jati Agung.
“Saya juga mengajak seluruh badan otonom seperti Banser, Ansor, Muslimat, Fatayat, dan lainnya untuk terus bergerak bersama dengan keikhlasan. Mudah-mudahan perjuangan kita menjadi wasilah kemajuan NU di Jati Agung dan menjadi contoh bagi kecamatan lain,” Ujar Kyai Ishar.
- Kebenarannya Kadang Pahit, Tapi Harus Dipegang
Pada kesempatan itu, Kyai Ishar menutup perbincangan dengan kalimat penuh makna. Wajahnya serius, tapi teduh.
قُلِ الْحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا
“Katakanlah yang benar, meskipun itu pahit.”
Bagi beliau, NU bukan sekedar organisasi. NU adalah warisan para muassis yang harus dirawat dengan penuh cinta dan istiqamah.
“Sebagai Mustasyar, inilah harapan saya. Semoga keyakinan dan keteguhan kita diperkahi dan diridai oleh Allah SWT,” Tutupnya.
Dari tepi kolam yang sederhana itu, Kyai Ishar menyampaikan pesan besar: bahwa menjaga NU dimulai dari hati, dari rumah, dari pesantren. Dari cinta yang tumbuh di antara suara santri dan gemericik air kolam.
Untuk diketahui, apa yang disampaikan oleh Kyai Muhammad Ishar juga telah tayang di Kanal YouTube NU Media Jati Agung.
Mari kita dukung Kanal YouTube NU Media Jati Agung sebagai bagian dari sedekah digital untuk perjuangan dakwah dan penguatan jam’iyah Nahdlatul Ulama di Jati Agung.
Jangan lupa untuk Tonton, Suka, dan Bagikan. Setiap klik Anda adalah dukungan untuk kebaikan bersama. (ARIF).