Lampung Timur, NU Media Jati Agung Perburuan buaya raksasa yang sempat membuat resah warga Lampung Timur akhirnya membuahkan hasil.
Seekor buaya sepanjang 4,2 meter ditangkap warga pada Jumat (18/4/2025) setelah beberapa hari dilakukan penyelidikan dan upaya penjebakan.
Buaya besar itu sering terlihat di aliran sungai perbatasan antara Desa Braja Dewa, Kecamatan Way Jepara, dan Desa Braja Gemilang, Kecamatan Braja Selebah.
Penampakannya di malam hari membuat warga waswas dan memutuskan untuk memasang jebakan menggunakan umpan ayam hingga anakan kambing.
- Upaya Penangkapan yang Menegangkan
Menurut Agus Wahyono, Kepala Desa Braja Gemilang, proses penjebakan tidak mudah.
“Beberapa hari diberikan umpan namun belum merespons, kemudian kemarin malam sempat memakan umpan, tetapi karena kuatnya buaya itu, talinya sampai terputus dan lepas,” ungkapnya.
Hingga akhirnya pada hari Jumat sore, warga menemukan tali jebakan sekitar dua kilometer dari lokasi awal. Buaya terlihat dalam kondisi lemah dan berhasil didekati warga.
“Kemudian kami langsung menyampaikan informasi kepada pihak BKSDA dan Balai TNWK Lampung Timur untuk membantu mengevakuasi buaya tersebut. Panjang Buaya itu 4,2 meter setelah diukur dan jenis kelaminnya betina,” kata Agus.
- Warga Setempat Diminta Tetap Waspada
Camat Braja Selebah, Mirsan Hipni, turut mengimbau masyarakat untuk selalu waspada saat beraktivitas di sekitar sungai. Ia membayangkan masih ada buaya lain di sekitar aliran sungai Way Jepara hingga Kuala Penet.
- Evakuasi oleh BKSDA Bengkulu Lampung
Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK), M Zaidi, menjelaskan bahwa meskipun buaya merupakan satwa dilindungi, namun dalam kondisi membahayakan warga, evakuasi adalah langkah yang harus dilakukan.
“Rencananya akan dievakuasi dan diamankan sementara ke BKSDA sekarang juga,” tegas Zaidi.
Sebelumnya, kemunculan buaya raksasa ini telah menggemparkan warga dua desa. Penampakan berulang di malam hari menimbulkan kekhawatiran luas hingga akhirnya buaya berhasil ditangkap warga dengan koordinasi aparat setempat. (ARF)
